BAB 1
KONSEP DASAR ADMINISTRASI
DAN MANAJEMEN
a.
Pengertian
Administrasi
Dalam
ranah pemerintahan sering didengar istilah administrasi. Kata administration
dalam Kamus Bahasa Inggris AS Hornby berarti pengelolaan urusan-urusan terutama
urusan publik, kebijakan pemerintah, dll. (Hornby, 1987:12).
Sedangkan
Husaini menyatakan pengertian administrasi dalam pengertian sempit dan
administrasi dalam pengertian luas. Administrasi dalam pengertian sempit, yaitu
pekerjaan yang berhubungan dengan ketatausahaan, sedangkan administrasi dalam
pengertian luas ialah seni dan ilmu mengelola sumberdaya 7M + 1I (man, money,
material, machines, methods, marketing, and minutes + information) untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
b.
Pengertian
Manajemen
Kata
“manajemen” berasal dari bahasa latin yaitu dari asal kata “manus” yang berarti
tangan dan “agere” yang berarti melakukan. Kata- kata tersebut digabung menjadi
kata kerja “managere” yang artinya menangani. Dalam bahasa Inggris “managere”
dalam bentuk kata kerja yakni “to manage” dan kata benda management”, dan
“manager” untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Sementara itu, dalam
bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi “manajemen” atau “pengelolaaan”.
c.
Perbedaan
Administrasi dan Manajemen
Dalam
Bahasa Inggris kata Administrasi dan Manajemen digunakan dalam konteks dan
beberapa variasi pengertian. Dalam beberapa konteks keduanya mempunyai
persamaan arti dengan kandungan makna to control yang berarti mengatur dan
mengurus.
Dalam
kamus Hornby (1984) kata administration diartikan sebagai management of affairs
(pengelolaan urusan), dan kata management diartikan sebagai control atau handle
(mengatur atau mengurus), sedangkan Sutisna menyatakan bahwa administrasi sama
artinya dengan manajemen, tetapi di bidang pendidikan, pemerintahan, rumah
sakit dan kemiliteran umumnya dipakai istilah admistrasi sedangkan di bidang
industri dan perusahaan menggunakan istilah manajemen.(usman, hal 7).
Dengan
mengesampingkan pro-kontra perbedaan antara administrasi dan manajemen, yang
jelas keduanya mengacu kepada bagaimana mengelola suatu urusan (affairs).
Bertolak dari pengertian di atas, maka penulis menggunakan istilah manajemen.
Oleh karena yang dikelola adalah urusan pendidikan, maka dikenal istilah
Manajemen Pendidikan.
d.
Pengertian
Pendidikan
Husaini Usman mengambil dua tokoh untuk
mendefinisikan pendidikan yaitu Langevell yang menyatakan baha pendidikan
adalah memanusiakan manusia. Dan Ki hajar Dewantara, pendidikan adalah daya
upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter),
pikiran (intellect) dan tubuh anak.
e.
Pengertian
Manajemen Pendidikan
Manajemen
pendidikan dapat didefiniskan sebagai:
1) Seni
dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
2) Seni
dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien.
3) Proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber daya
pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Dari
ketiga definisi manajemen pendidikan menurut Usman definisi pertama lebih
bersifat teknis dikdaktif, definisi kedua lebih bersifat administratif
edukatif, dan definisi ketiga lebih bersifat proses dalam pengambilan kebijakan
publik (public decision making process) pada level birokrasi, khususnya
birokrat pengambil kebijakan yang mengurusi pengelolaan layanan pendidikan
yaitu organisasi perangkat daerah otonom (dinas) yang mengurusi pendidikan,
apapun namanya.
f.
Model-model
Manajemen Pendidikan
Menurut Sharma model manajemen
pendidikan ada 6 yaitu :
1)
Formal : menekankan pada struktur organisasi
yang meliputi struktur, birokratik, hirarkis.
2)
Kolegial : model yang menekankan pada teori
kekuasaan dan pengambilan keputusan yang dilakukan dengan melibatkan seluruh
organisasi. Model ini menggunakan model kepemimpinan partisipasif.
3)
Politik : Model yang menekankan pada teori
pengambilan keputusan sebagai proses tawar menawar selalu negosiasi.
Menggunakan model kepemimpinan transaksional.
4)
Subjektif : Model yang menekankan pada
individu-individu di dalam organisasi ketimbang organisasi secara menyeluruh.
Model kepemimpinan post-modern.
5)
Mendua : Model yang menekankan pada
ketidakpastian atau tidak dapat diramalkan. Model ini menggunakan kepemimpinan
kontingensi.
6)
Kultural : Model yang menekankan aspek informal
organisasi dengan focus pada nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, norma-norma,
tradisi-tradisi menurut persepsi individu.
g.
Tujuan
dan Manfaat Manajemen Pendidikan
Tujuan
dan manfaat manajemen pendidikan antara lain :
1)
Terwujudnya suasana belajar dan proses
pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan dan Bermakna (PAKEMB);
2)
Terciptanya peserta didik yang aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara;
3)
Terpenuhinya salah satu dari 5 kompetensi tenaga
kependidikan (tertunjangnya kompetensi manajerial tenaga kependidikan sebagai
manajer);
4)
Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan
efisien;
5)
Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori
tentang proses dan tugas administrasi kependidikan sebagai manajer atau konsultan
manajemen pendidikan);
6)
Teratasinya masalah mutu pendidikan karena 80%
masalah mutu disebabkan oleh manajemennya.
h.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Perilaku Manajer Pendidikan
Manajemen
pendidikan merupakan salah satu cabang ilmu social yang intinya adalah
mempelajari tentang perilaku manusia dalam kegiatannya sebagai subyek dan
obyek. Secara filosofis, perilaku manusia
terbentuk oleh interaksi antarmanusia, iklim organisasi (konteks organisasi),
dan system yang dianut. Ketiga hal tersebut yang mempengaruhi terbentuknya
perilaku manajer pendidikan.
i.
Ruang
Lingkup Manajemen Pendidikan
Substansi
yang menjadi garapan manajemen pendidikan sebagai proses atau disebut juga
sebagai fungsi manajemen adalah :
1) Perencanaan;
2) Pengorganisasian
3) Pengarahan
(motivasi, kepemimpinan, kekuasaan, pengambilan keputusan, komunikasi,
koordinasi, negosiasi, manajemen konflik, perubahan organisasi, ketrampilan
interpersonal, membangun kepercayaan, penilaian kinerja dan kepuasaan kerja).
4) Pengendalian
meliputi pemantauan (monitoring), penilaian dan pelaporan.
j.
Ketrampilan
Manajerial dan Tanggung Jawabnya
Ketrampilan
manajerial setiap tingkatan organisasi meliputi ketrampilan konseptual, social
dan operasional dengan komposisi yang berbeda-beda.
k.
Peranan
Manajer
1) Peranan
Interpersonal meliputi kepala sekolah sebagai (1) figurehead, (2) pemimpin dan
(3) penghubung.
2) Peranan
Informasional : menerima dan menyampaikan informasi adalah aspek terpenting
bagi setiap manajer seperti yang disarankan Mintzberg.
3) Peranan
Decisional : peranan ini meliputi entrepreneur, disturbance hander, resources
allocator dan negotiator.
BAB 2
PERKEMBANGAN TEORI MANAJEMEN
Manajemen sebenarnya sudah ada sejak manusia ada.
Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan arsitek Mesir Kuno mewujudkan karyanya
berupa piramid Cheops. Pembangunan piramid yang melibatkan ratusan ribu tenaga
kerja tidak akan terwujud tanpa adanya manajemen yang baik. Hanya saja istilah
manajemen baru muncul pada tahun 1886. Di Indonesia, manajemen sudah
dipraktikkan pada masa pra sejarah. Adanya Candi Borobudur pada abad ke-8 dan
Candi Prambanan pada abad ke-9 merupakan bukti bahwa manajemen sudah lama dipraktikkan
di Indonesia.
Pertumbuhan manajemen meliputi tiga fase yaitu
1) Fase
pra sejarah, yang berakhir pada tahun 1.
2) Fase
sejarah, yang berakhir pada tahun 1886
3) Fase
modern, mulai 1886 sampai sekarang.
B.
Teori
Manajemen Klasik
1.
Manajemen
Ilmiah
Taylor
adalah orang pertama yang mengembangkan manajemen ilmiah. Taylor terkenal
sebagai Bapak Manajemen Ilmiah karena hasil penelitiannya yang telah dibukukan
tentang usaha-usaha untuk meningkatkan produktivitas kerja berdasarkan waktu
dan gerak pada tahun 1886, dijadikan sebagai pegangan penting bagi para buruh
dan manajer. Dalam penelitiannya itu, ia berpendapat bahwa efesiensi perusahaan
rendah karena banyak waktu dan gerak-gerak buruh yang tidak produktif.
Selain
itu, taylor telah memberikan prinsip-prinsip dasar penerapan pendekatan ilmiah
dalam manajemen dan mengembangkan teknik-teknik untuk mencapai efisiensi dan
keefektifan organisasi. Ia berasumsi bahwa manusia harus diperlakukan seperti
mesin. Dalam bekerja, setiap manusia harus diawasi oleh supervisor secara
efektif dan efisien.
Kritik
yang sangat keras dari para ahli perilaku yang mengecam penganut Taylor
menyatakan bahwa Taylor dan penganutnya telah memperlakukan para pekerja secara
tidak manusiawi. Untuk mengatasi kelemahan pendekatan manajemen klasik, muncul
pemikiran para ahli berikutnya dengan pendekatan baru yang disebut teori
organisasi klasik.
2.
Teori
Organisasi Klasik
Teori
organisasi klasik disebut juga teori administratif. Salah seorang tokohnya
adalah Fayol (1841-1925). Fayol terkenal sebagai Bapak Teori Ilmiah. Dalam
bukunya yang terkenal dengan judul Administration Industrielle et Generale,
Fayol mengemukakan teori dan teknik administratif untuk mengelola organisasi
yang kompleks. Sebagai manejer utama di pabrik tambang dan metalurgi yang
sangat terkenal di Eropa, Fayol yakin bahwa kesuksesannya merupakan
keterampilan mengembangkan pengalaman dan introspeksi.
Selain
itu, Fayol juga mengetengahkan empat belas prinsip administrasi yang sangat
terkenal dan fungsi manajemen, yaitu Planning, Commanding, Coordinating and
Controlling.
Ahli
lain dalam teori ini adalah Gulick, Urwick, Sheldon, Mooney dan Max Weber. Max
weber merupakan seorang Jerman peletak dasar sosiologi di Jerman, yang kemudian
dikenal sebagai Bapak Birokrasi, ikut serta mempengaruhi perkembangan teori
administrasi. Birokrasi menurut Weber merupakan ciri dan pola organisasi yang
strukturnya dibuat sedemikian rupa sehingga mampu memanfaatkan tenaga ahli
secara maksimal.
Adapun
kritik terhadap pendekatan teori organisasi klasik, antara lain:
a)
Merangsang berfikir yang mengutamakan
konformitas dan formalitas.
b)
Merupakan rutinitas yang membosankan
c)
Ide-ide inovatif tidak sampai kepada pengambil
keputusan karena panjangnya jalur komunikasi
d)
Tidak memperhitungkan organisasi nonformal yang
seringkali berpengaruh terhadap organisasi formal
e)
Dijalankan secara berlebihan
f)
Terlalu banyak aturan yang berbelit-belit
g)
Kecenderungan menjadi orwelian yaitu keinginan
birokrasi mencampuri (turut melaksanakan, bukan mengendalikan urusan.
C.
Pendekatan
Hubungan Manusiawi
Pendekatan
ini muncul untuk merevisi teori manajemen klasik yang ternyata tidak sepenuhnya
menghasilkan efisiensi produksi dan keharmonisan kerja. Para ahli selanjutnya
melengkapi teori manajemen klasik dengan menerapkan sosiologi dan psikologi
dalam manajemen.
Munsterberg(1863-1916),
profesor psikologi Jerman yang mendapat sebutan Bapak Psikologi Industri,
menyarankan agar penggunaan teknik-teknik manajemen menggunakan hasil
eksperimen psikologi. Sebagai contoh, berbagai metode psikologi dapat digunakan
untuk memilih kharakteristik tertentu yang cocok dengan kebutuhan suatu
jabatan. Ia juga menyarankan agar faktor sosial dan budaya turut
dipertimbangkan dalam suatu organisasi. Kontribusi utama dari Munsterberg untuk
manajemen adalah aaplikasi psikologi industri dalam manajemen.
Penelitian
Hawthorne yang dilakukan oleh Mayo (1880-1949) menghasilkan bahwa hubungan
manusiawi merupakan istilah umum yang sering dipakai untuk menggambarkan cara
interaksi manajer dengan bawahannya secara manusiawi. Asumsinya, jika manajer
personalia memotivasi pekerja dengan baik maka hubungan manusiawi dalam
organisasipun menjadi baik. Apabila moral dan efisiensi menurun, maka hubungan
manusiawi dalam organisasipun menurun.
Ahli
lain yang termasuk dalam pendekatan ini adalah Lewin, Roger, Morino, dan
lainnya.
Keterbatasan
dari teori hubungan manusiawi ini adalah bahwasanya konsep makhluk sosial
tidaklah menggambarkan secara lengkap individu-individu di tempat kerjanya.
Perbaikan kondisi kerja dan kepuasan kerja tidak menghasilkan perubahan
produktivitas yang mencolok. Lingkungan sosial ti tempat kerja bukanlah
satu-satunya tempat pekerja saling berinteraksi dengan unit lain di luar tempat
kerja. Kelompok yang diteliti mengubah perilakunya karena merasa kelompoknya
menjadi objek dan subjek penelitian.
D.
Pendekatan
Teori Perilaku
Teori
perilaku merupakan pengembangan dari pendekatan hubungan manusiawi. Pendekatan
ini memandang bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh sistem sosialnya.
Perilaku dapat dipahami melalui tiga pendekatan, yaitu:
1) Rasional
Model rasional memusatkan perhatiannya pada anggota
organisasi yang diasumsikan bersifat rasional dan mempunyai berbagai
kepentingan, kebutuhan, motif dan tujuan. Pendukung model ini antara lain, Down
dan Simon
2) Sosiologis
Model ini lebih memusatkan perhatiannya kepada pengetahuan
antropologi, sosiologi dan psikologi. Pendukung model ini antara lain Bern
3) Pengembangan
hubungan manusia
Model pengembangan hubungan manusia lebih memusatkan
perhatiannya kepada tujuan yang ingin dicapai dan pengembangan berbagai sistem
motivasi menurut jenis motivasi agar dapat meningkatkan produktivitas kerja.
Pendukung model ini antara lain, Mc Gregor, Maslow, dan Bennis.
Keterbatasan dari pendekatan perilaku ini adalah
bahwa beberapa ahli manajemen termasuk ahli perilaku percaya bahwa bidang
perilaku tidak sepenuhnya nyata karena berkenaan dengan manusia yang bersifat
unik. Model, teori dan istilah perilaku oleh ahli perilaku sangat kompleks dan
abstrak untuk dipraktekkan para manajer. Dikarenakan perilaku manusia sangat
unik, maka ahli-ahli perilaku sering berbeda dalam menyimpulkan penelitian, dan
rekomendasinya pun sulit bagi manajer untuk memilih dan melaksanakannya.
E.
Pendekatan
Kuantitatif
Pendekatan
kuantitatif ditandai dengan berkembangnya tim penelitian operasi dalam
pemecahan masalah-masalah industri. Pendekatan ini didasari oleh kesuksesan tim
penelitian operasi Inggris pada PD II. Teknik-teknik penelitian operasi ini
semakin berkembang sejalan dengan kemajuan komputer, transportasi dan
komunikasi. Teknik-teknik penelitian operasi selanjutnya disebut sebagai
pendekatan manajemen ilmiah.
Pendekatan
manajemen ilmiah dipakai dalam banyak kegiatan seperti penganggaran modal,
manajemen produksi, penjadwalan, pengembangan strategi produk, pengembangan SDM
dan perencanaan program
Langkah-langkah
manajemen ilmiah yaitu:
1) perumusan
masalah
2) penyusunan
suatu model matematis
3) penyelesaian
model
4) pengujian
model
5) penetapan
pengawasan atas hasil
6) pelaksanaan
(implementas)
F.
Pendekatan
Sistem
Defenisi
sistem begitu banyak dikemukakan oleh ahli. Menurut Shore & Voich (1974)
sistem ialah suatu keseluruhan yang terdiri dari sejumlah bagian-bagian.
Menurut Gerald, et al. (1981) sistem ialah tata cara kerja yang saling
berkaitan, dan bekerja sama membentuk suatu aktivitas atau mencapai suatu
tujuan tertentu. Sistem dapat dipandang sebagai suatu hal yang tertutup atau
terbuka. Sistem tertutup adalah sistem yang tidak dipengaruhi dan mempengaruhi
lingkungannya, sedangkan sistem terbuka ialah sistem yang dipengaruhi oleh
lingkungannya.
Bentuk
umum suatu sistem terdiri atas input, proses, output dan umpan balik. Umpan
balik ialah hasil output untuk untuk memperbaiki input yang akan datang.
Keempat unsur tersebut berada dalam suatu organisasi. Sebagai organisasi dengan
sistem terbuka, maka organisasi dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan
luarnya. Pendekatan sistem meliputi penerapan konsep-konsep yang cocok dari
teori sistem untuk mempermudah pemahaman tentang teori organisasi dan praktik
manajerial
Peningkatan
mutu pendidikan dengan pendekatan sistem berarti mulai dari input, proses,
output sampai kepada outcome pendidikan. Dalam praktiknya, peningkatan mutu
pendidikan selama ini belum menggunakan pendekatan sistem. Peningkatan mutu
cenderung berpikir output oriented. Mutu pendidikan hanya dinilai dari output
pendidikan seperti hasil belajar dan ujian nasional. Padahal, dengan berpikir
sebagai suatu sistem, mutu pendidikan tidak hanya ditentukan oleh nilai ujian
nasional tetapi juga mutu input dan mutu prosesnya di dalam kelas.
G.
Pendekatan
Kontingensi
Pendekatan
ini mencoba untuk menerapkan berbagai pendekatan manajemen terdahulu pada
kehidupan nyata atau kondisi dan situasi tertentu. Perbedaan kondisi dan
situasi tertentu memerlukan pendekatan tertentu pula. Menurut pendekatan ini,
tugas manajer ialah mengidentifikasi teknik tertentu yang paling cocok
diterapkan pada situasi tertentu dalam mencapai tujuan organisasi, karena tidak
ada satupun teknik manajemen yang universal yang dapat diterapkan dalam setiap
situasi dan kondisi.
H.
Pendekatan
Hubungan Manusia Baru
Pendekatan
hubungan manusiawi baru merupakan pendekatan integratif yang menggabungkan
pandangan positif terhadap hakekat manusia dengan studi organisasi secara
ilmiah sehingga dapat menggambarkan kerja manajer yang efektif.
Burns
dan Stalker menyatakan bahwa permulaan kebijakan administratif adalah kesadaran
tentang belum optimalnya tipe-tipe sistem manajemen. Pendekatan hubungan
manusia baru dimulai dengan teori pendekatan kontingensi menuju cara manajer
seharusnya bertindak dalam lingkungannya.
Dari
beberapa pendapat ahli tentang fungsi-fungsi manajemen, maka dapat disimpulkan
bahwa fungsi-fungsi administrasi pendidikan meliputi 1) perencanaan,
2)pengorganisasian, 3)pengarahan, 4)pengendalian.
Dari
berbagai pendekatan manajemen, dapat disimpulkan ada dua aliran manajemen,
yaitu manajemen yang lebih berorientasi kepada tugas untuk meningkatkan
produksi sebanyak-banyaknya dan manajemen yang berorientasi kepada manusia
sebagai pelaksana tugas untuk meningkatkan hubungan manusiawi sebaik-baiknya.
0 comments:
Post a Comment