Monday, May 25, 2015

MANAJEMEN PENDIDIKAN

Postingan ini merupakan ringkasan dari buku Manajemen Pendidikan karya Husaini Usman (edisi 4). Untuk saat ini saya ingin memposting ringkasan bab 1 dan 2



BAB 1
KONSEP DASAR ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN


a.       Pengertian Administrasi
Dalam ranah pemerintahan sering didengar istilah administrasi. Kata administration dalam Kamus Bahasa Inggris AS Hornby berarti pengelolaan urusan-urusan terutama urusan publik, kebijakan pemerintah, dll. (Hornby, 1987:12).
Sedangkan Husaini menyatakan pengertian administrasi dalam pengertian sempit dan administrasi dalam pengertian luas. Administrasi dalam pengertian sempit, yaitu pekerjaan yang berhubungan dengan ketatausahaan, sedangkan administrasi dalam pengertian luas ialah seni dan ilmu mengelola sumberdaya 7M + 1I (man, money, material, machines, methods, marketing, and minutes + information) untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
b.      Pengertian Manajemen
Kata “manajemen” berasal dari bahasa latin yaitu dari asal kata “manus” yang berarti tangan dan “agere” yang berarti melakukan. Kata- kata tersebut digabung menjadi kata kerja “managere” yang artinya menangani. Dalam bahasa Inggris “managere” dalam bentuk kata kerja yakni “to manage” dan kata benda management”, dan “manager” untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Sementara itu, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi “manajemen” atau “pengelolaaan”.
c.       Perbedaan Administrasi dan Manajemen
Dalam Bahasa Inggris kata Administrasi dan Manajemen digunakan dalam konteks dan beberapa variasi pengertian. Dalam beberapa konteks keduanya mempunyai persamaan arti dengan kandungan makna to control yang berarti mengatur dan mengurus.
Dalam kamus Hornby (1984) kata administration diartikan sebagai management of affairs (pengelolaan urusan), dan kata management diartikan sebagai control atau handle (mengatur atau mengurus), sedangkan Sutisna menyatakan bahwa administrasi sama artinya dengan manajemen, tetapi di bidang pendidikan, pemerintahan, rumah sakit dan kemiliteran umumnya dipakai istilah admistrasi sedangkan di bidang industri dan perusahaan menggunakan istilah manajemen.(usman, hal 7).
Dengan mengesampingkan pro-kontra perbedaan antara administrasi dan manajemen, yang jelas keduanya mengacu kepada bagaimana mengelola suatu urusan (affairs). Bertolak dari pengertian di atas, maka penulis menggunakan istilah manajemen. Oleh karena yang dikelola adalah urusan pendidikan, maka dikenal istilah Manajemen Pendidikan.
d.      Pengertian Pendidikan
Husaini  Usman mengambil dua tokoh untuk mendefinisikan pendidikan yaitu Langevell yang menyatakan baha pendidikan adalah memanusiakan manusia. Dan Ki hajar Dewantara, pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak.
e.      Pengertian Manajemen Pendidikan
Manajemen pendidikan dapat didefiniskan sebagai:
1)      Seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
2)      Seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
3)      Proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

Dari ketiga definisi manajemen pendidikan menurut Usman definisi pertama lebih bersifat teknis dikdaktif, definisi kedua lebih bersifat administratif edukatif, dan definisi ketiga lebih bersifat proses dalam pengambilan kebijakan publik (public decision making process) pada level birokrasi, khususnya birokrat pengambil kebijakan yang mengurusi pengelolaan layanan pendidikan yaitu organisasi perangkat daerah otonom (dinas) yang mengurusi pendidikan, apapun namanya.

f.        Model-model Manajemen Pendidikan
Menurut Sharma model manajemen pendidikan ada 6 yaitu :
1)        Formal : menekankan pada struktur organisasi yang meliputi struktur, birokratik, hirarkis.
2)        Kolegial : model yang menekankan pada teori kekuasaan dan pengambilan keputusan yang dilakukan dengan melibatkan seluruh organisasi. Model ini menggunakan model kepemimpinan partisipasif.
3)        Politik : Model yang menekankan pada teori pengambilan keputusan sebagai proses tawar menawar selalu negosiasi. Menggunakan model kepemimpinan transaksional.
4)        Subjektif : Model yang menekankan pada individu-individu di dalam organisasi ketimbang organisasi secara menyeluruh. Model kepemimpinan post-modern.
5)        Mendua : Model yang menekankan pada ketidakpastian atau tidak dapat diramalkan. Model ini menggunakan kepemimpinan kontingensi.
6)        Kultural : Model yang menekankan aspek informal organisasi dengan focus pada nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, norma-norma, tradisi-tradisi menurut persepsi individu.
g.       Tujuan dan Manfaat Manajemen Pendidikan
Tujuan dan manfaat manajemen pendidikan antara lain :
1)        Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan dan Bermakna (PAKEMB);
2)        Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara;
3)        Terpenuhinya salah satu dari 5 kompetensi tenaga kependidikan (tertunjangnya kompetensi manajerial tenaga kependidikan sebagai manajer);
4)        Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien;
5)        Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi kependidikan sebagai manajer atau konsultan manajemen pendidikan);
6)        Teratasinya masalah mutu pendidikan karena 80% masalah mutu disebabkan oleh manajemennya.
h.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Manajer Pendidikan
Manajemen pendidikan merupakan salah satu cabang ilmu social yang intinya adalah mempelajari tentang perilaku manusia dalam kegiatannya sebagai subyek dan obyek.  Secara filosofis, perilaku manusia terbentuk oleh interaksi antarmanusia, iklim organisasi (konteks organisasi), dan system yang dianut. Ketiga hal tersebut yang mempengaruhi terbentuknya perilaku manajer pendidikan.
i.        Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
Substansi yang menjadi garapan manajemen pendidikan sebagai proses atau disebut juga sebagai fungsi manajemen adalah :
1)      Perencanaan;
2)      Pengorganisasian
3)      Pengarahan (motivasi, kepemimpinan, kekuasaan, pengambilan keputusan, komunikasi, koordinasi, negosiasi, manajemen konflik, perubahan organisasi, ketrampilan interpersonal, membangun kepercayaan, penilaian kinerja dan kepuasaan kerja).
4)      Pengendalian meliputi pemantauan (monitoring), penilaian dan pelaporan.
j.        Ketrampilan Manajerial dan Tanggung Jawabnya
Ketrampilan manajerial setiap tingkatan organisasi meliputi ketrampilan konseptual, social dan operasional dengan komposisi yang berbeda-beda. 
k.       Peranan Manajer
1)      Peranan Interpersonal meliputi kepala sekolah sebagai (1) figurehead, (2) pemimpin dan (3) penghubung.
2)      Peranan Informasional : menerima dan menyampaikan informasi adalah aspek terpenting bagi setiap manajer seperti yang disarankan Mintzberg.
3)      Peranan Decisional : peranan ini meliputi entrepreneur, disturbance hander, resources allocator dan negotiator.





BAB 2
PERKEMBANGAN TEORI MANAJEMEN

Manajemen sebenarnya sudah ada sejak manusia ada. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan arsitek Mesir Kuno mewujudkan karyanya berupa piramid Cheops. Pembangunan piramid yang melibatkan ratusan ribu tenaga kerja tidak akan terwujud tanpa adanya manajemen yang baik. Hanya saja istilah manajemen baru muncul pada tahun 1886. Di Indonesia, manajemen sudah dipraktikkan pada masa pra sejarah. Adanya Candi Borobudur pada abad ke-8 dan Candi Prambanan pada abad ke-9 merupakan bukti bahwa manajemen sudah lama dipraktikkan di Indonesia.

Pertumbuhan manajemen meliputi tiga fase yaitu
1)      Fase pra sejarah, yang berakhir pada tahun 1.
2)      Fase sejarah, yang berakhir pada tahun 1886
3)      Fase modern, mulai 1886 sampai sekarang.

B.      Teori Manajemen Klasik

1.       Manajemen Ilmiah
Taylor adalah orang pertama yang mengembangkan manajemen ilmiah. Taylor terkenal sebagai Bapak Manajemen Ilmiah karena hasil penelitiannya yang telah dibukukan tentang usaha-usaha untuk meningkatkan produktivitas kerja berdasarkan waktu dan gerak pada tahun 1886, dijadikan sebagai pegangan penting bagi para buruh dan manajer. Dalam penelitiannya itu, ia berpendapat bahwa efesiensi perusahaan rendah karena banyak waktu dan gerak-gerak buruh yang tidak produktif.
Selain itu, taylor telah memberikan prinsip-prinsip dasar penerapan pendekatan ilmiah dalam manajemen dan mengembangkan teknik-teknik untuk mencapai efisiensi dan keefektifan organisasi. Ia berasumsi bahwa manusia harus diperlakukan seperti mesin. Dalam bekerja, setiap manusia harus diawasi oleh supervisor secara efektif dan efisien.
Kritik yang sangat keras dari para ahli perilaku yang mengecam penganut Taylor menyatakan bahwa Taylor dan penganutnya telah memperlakukan para pekerja secara tidak manusiawi. Untuk mengatasi kelemahan pendekatan manajemen klasik, muncul pemikiran para ahli berikutnya dengan pendekatan baru yang disebut teori organisasi klasik.

2.       Teori Organisasi Klasik
Teori organisasi klasik disebut juga teori administratif. Salah seorang tokohnya adalah Fayol (1841-1925). Fayol terkenal sebagai Bapak Teori Ilmiah. Dalam bukunya yang terkenal dengan judul Administration Industrielle et Generale, Fayol mengemukakan teori dan teknik administratif untuk mengelola organisasi yang kompleks. Sebagai manejer utama di pabrik tambang dan metalurgi yang sangat terkenal di Eropa, Fayol yakin bahwa kesuksesannya merupakan keterampilan mengembangkan pengalaman dan introspeksi.
Selain itu, Fayol juga mengetengahkan empat belas prinsip administrasi yang sangat terkenal dan fungsi manajemen, yaitu Planning, Commanding, Coordinating and Controlling.
Ahli lain dalam teori ini adalah Gulick, Urwick, Sheldon, Mooney dan Max Weber. Max weber merupakan seorang Jerman peletak dasar sosiologi di Jerman, yang kemudian dikenal sebagai Bapak Birokrasi, ikut serta mempengaruhi perkembangan teori administrasi. Birokrasi menurut Weber merupakan ciri dan pola organisasi yang strukturnya dibuat sedemikian rupa sehingga mampu memanfaatkan tenaga ahli secara maksimal.
Adapun kritik terhadap pendekatan teori organisasi klasik, antara lain:
a)        Merangsang berfikir yang mengutamakan konformitas dan formalitas.
b)        Merupakan rutinitas yang membosankan
c)         Ide-ide inovatif tidak sampai kepada pengambil keputusan karena panjangnya jalur komunikasi
d)        Tidak memperhitungkan organisasi nonformal yang seringkali berpengaruh terhadap organisasi formal
e)        Dijalankan secara berlebihan
f)         Terlalu banyak aturan yang berbelit-belit
g)        Kecenderungan menjadi orwelian yaitu keinginan birokrasi mencampuri (turut melaksanakan, bukan mengendalikan urusan.

C.      Pendekatan Hubungan Manusiawi
Pendekatan ini muncul untuk merevisi teori manajemen klasik yang ternyata tidak sepenuhnya menghasilkan efisiensi produksi dan keharmonisan kerja. Para ahli selanjutnya melengkapi teori manajemen klasik dengan menerapkan sosiologi dan psikologi dalam manajemen.
Munsterberg(1863-1916), profesor psikologi Jerman yang mendapat sebutan Bapak Psikologi Industri, menyarankan agar penggunaan teknik-teknik manajemen menggunakan hasil eksperimen psikologi. Sebagai contoh, berbagai metode psikologi dapat digunakan untuk memilih kharakteristik tertentu yang cocok dengan kebutuhan suatu jabatan. Ia juga menyarankan agar faktor sosial dan budaya turut dipertimbangkan dalam suatu organisasi. Kontribusi utama dari Munsterberg untuk manajemen adalah aaplikasi psikologi industri dalam manajemen.
Penelitian Hawthorne yang dilakukan oleh Mayo (1880-1949) menghasilkan bahwa hubungan manusiawi merupakan istilah umum yang sering dipakai untuk menggambarkan cara interaksi manajer dengan bawahannya secara manusiawi. Asumsinya, jika manajer personalia memotivasi pekerja dengan baik maka hubungan manusiawi dalam organisasipun menjadi baik. Apabila moral dan efisiensi menurun, maka hubungan manusiawi dalam organisasipun menurun.

Ahli lain yang termasuk dalam pendekatan ini adalah Lewin, Roger, Morino, dan lainnya.
Keterbatasan dari teori hubungan manusiawi ini adalah bahwasanya konsep makhluk sosial tidaklah menggambarkan secara lengkap individu-individu di tempat kerjanya. Perbaikan kondisi kerja dan kepuasan kerja tidak menghasilkan perubahan produktivitas yang mencolok. Lingkungan sosial ti tempat kerja bukanlah satu-satunya tempat pekerja saling berinteraksi dengan unit lain di luar tempat kerja. Kelompok yang diteliti mengubah perilakunya karena merasa kelompoknya menjadi objek dan subjek penelitian.

D.      Pendekatan Teori Perilaku
Teori perilaku merupakan pengembangan dari pendekatan hubungan manusiawi. Pendekatan ini memandang bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh sistem sosialnya. Perilaku dapat dipahami melalui tiga pendekatan, yaitu:

1)      Rasional
Model rasional memusatkan perhatiannya pada anggota organisasi yang diasumsikan bersifat rasional dan mempunyai berbagai kepentingan, kebutuhan, motif dan tujuan. Pendukung model ini antara lain, Down dan Simon
2)      Sosiologis
Model ini lebih memusatkan perhatiannya kepada pengetahuan antropologi, sosiologi dan psikologi. Pendukung model ini antara lain Bern
3)      Pengembangan hubungan manusia
Model pengembangan hubungan manusia lebih memusatkan perhatiannya kepada tujuan yang ingin dicapai dan pengembangan berbagai sistem motivasi menurut jenis motivasi agar dapat meningkatkan produktivitas kerja. Pendukung model ini antara lain, Mc Gregor, Maslow, dan Bennis.

Keterbatasan dari pendekatan perilaku ini adalah bahwa beberapa ahli manajemen termasuk ahli perilaku percaya bahwa bidang perilaku tidak sepenuhnya nyata karena berkenaan dengan manusia yang bersifat unik. Model, teori dan istilah perilaku oleh ahli perilaku sangat kompleks dan abstrak untuk dipraktekkan para manajer. Dikarenakan perilaku manusia sangat unik, maka ahli-ahli perilaku sering berbeda dalam menyimpulkan penelitian, dan rekomendasinya pun sulit bagi manajer untuk memilih dan melaksanakannya.

E.       Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan kuantitatif ditandai dengan berkembangnya tim penelitian operasi dalam pemecahan masalah-masalah industri. Pendekatan ini didasari oleh kesuksesan tim penelitian operasi Inggris pada PD II. Teknik-teknik penelitian operasi ini semakin berkembang sejalan dengan kemajuan komputer, transportasi dan komunikasi. Teknik-teknik penelitian operasi selanjutnya disebut sebagai pendekatan manajemen ilmiah.
Pendekatan manajemen ilmiah dipakai dalam banyak kegiatan seperti penganggaran modal, manajemen produksi, penjadwalan, pengembangan strategi produk, pengembangan SDM dan perencanaan program

Langkah-langkah manajemen ilmiah yaitu:
1)      perumusan masalah
2)      penyusunan suatu model matematis
3)      penyelesaian model
4)      pengujian model
5)      penetapan pengawasan atas hasil
6)      pelaksanaan (implementas)

F.       Pendekatan Sistem
Defenisi sistem begitu banyak dikemukakan oleh ahli. Menurut Shore & Voich (1974) sistem ialah suatu keseluruhan yang terdiri dari sejumlah bagian-bagian. Menurut Gerald, et al. (1981) sistem ialah tata cara kerja yang saling berkaitan, dan bekerja sama membentuk suatu aktivitas atau mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem dapat dipandang sebagai suatu hal yang tertutup atau terbuka. Sistem tertutup adalah sistem yang tidak dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungannya, sedangkan sistem terbuka ialah sistem yang dipengaruhi oleh lingkungannya.
Bentuk umum suatu sistem terdiri atas input, proses, output dan umpan balik. Umpan balik ialah hasil output untuk untuk memperbaiki input yang akan datang. Keempat unsur tersebut berada dalam suatu organisasi. Sebagai organisasi dengan sistem terbuka, maka organisasi dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan luarnya. Pendekatan sistem meliputi penerapan konsep-konsep yang cocok dari teori sistem untuk mempermudah pemahaman tentang teori organisasi dan praktik manajerial
Peningkatan mutu pendidikan dengan pendekatan sistem berarti mulai dari input, proses, output sampai kepada outcome pendidikan. Dalam praktiknya, peningkatan mutu pendidikan selama ini belum menggunakan pendekatan sistem. Peningkatan mutu cenderung berpikir output oriented. Mutu pendidikan hanya dinilai dari output pendidikan seperti hasil belajar dan ujian nasional. Padahal, dengan berpikir sebagai suatu sistem, mutu pendidikan tidak hanya ditentukan oleh nilai ujian nasional tetapi juga mutu input dan mutu prosesnya di dalam kelas.

G.     Pendekatan Kontingensi
Pendekatan ini mencoba untuk menerapkan berbagai pendekatan manajemen terdahulu pada kehidupan nyata atau kondisi dan situasi tertentu. Perbedaan kondisi dan situasi tertentu memerlukan pendekatan tertentu pula. Menurut pendekatan ini, tugas manajer ialah mengidentifikasi teknik tertentu yang paling cocok diterapkan pada situasi tertentu dalam mencapai tujuan organisasi, karena tidak ada satupun teknik manajemen yang universal yang dapat diterapkan dalam setiap situasi dan kondisi.

H.     Pendekatan Hubungan Manusia Baru
Pendekatan hubungan manusiawi baru merupakan pendekatan integratif yang menggabungkan pandangan positif terhadap hakekat manusia dengan studi organisasi secara ilmiah sehingga dapat menggambarkan kerja manajer yang efektif.
Burns dan Stalker menyatakan bahwa permulaan kebijakan administratif adalah kesadaran tentang belum optimalnya tipe-tipe sistem manajemen. Pendekatan hubungan manusia baru dimulai dengan teori pendekatan kontingensi menuju cara manajer seharusnya bertindak dalam lingkungannya.
Dari beberapa pendapat ahli tentang fungsi-fungsi manajemen, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi-fungsi administrasi pendidikan meliputi 1) perencanaan, 2)pengorganisasian, 3)pengarahan, 4)pengendalian.
Dari berbagai pendekatan manajemen, dapat disimpulkan ada dua aliran manajemen, yaitu manajemen yang lebih berorientasi kepada tugas untuk meningkatkan produksi sebanyak-banyaknya dan manajemen yang berorientasi kepada manusia sebagai pelaksana tugas untuk meningkatkan hubungan manusiawi sebaik-baiknya.

Share:

About